Kamis, 30 Juni 2011

Lindungi Diri dari Ancaman Kanker Leher Rahim

Bukan menakut-nakuti, tetapi fakta menunjukkan di Indonesia 37 perempuan terdiagnosis kanker leher rahim setiap harinya dan diperkirakan 20 orang perempuan meninggal karena kanker yang menyerang leher rahim (serviks) ini setiap hari. Tetapi Anda tak perlu khawatir karena kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan vaksin.

Organ reproduksi wanita terdiri dari indung telur dan rahim. Bagian terbawah dari rahim inilah yang disebut leher rahim atau serviks, dan berhubungan langsung dengan vagina. "Organ reproduksi wanita rawan oleh keganasan penyakit, bukan hanya serviks, tapi juga payudara, indung telur, dan juga rahim," kata dr.Adrian Setiawan, Sp.OG, dari RS.MRCCC Siloam Jakarta.

Sayangnya, penyakit keganasan tersebut seringkali tidak bergejala. Kalau pun dirasakan gejala, biasanya sudah terlambat. Perdarahan di luar masa haid bisa menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan.

"Jika terdiagnosis kanker serviks, biasanya perdarahan merupakan tanda sudah stadium empat dimana organ-organ yang terkena sudah luas. Angka harapan hidupnya kecil," katanya dalam sebuah acara seminar mengenai kanker serviks di Jakarta beberapa waktu silam.

Ia menambahkan, berbeda dengan infeksi virus lain seperti hepatitis yang sering ditandai dengan gejala demam, infeksi virus HPV tidak menimbulkan gejala karena sel-sel yang diserang spesifik di bagian leher rahim. "Virus ini akan mengikat protein-protein di sel yang biasanya menghancurkan virus," katanya.

Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Menurut dr.Sigit Pribadi, Sp.OG, HPV merupakan virus yang umum dan mudah ditularkan melalui kontak kelamin. Ada lebih dari 100 tipe HPV yang teridentifikasi dan umumnya tidak berbahaya. Kanker serviks disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18, 45 dan 31.

"Setiap perempuan dapat terinfeksi HPV semasa hidupnya. Perkembangan menjadi kanker pun memakan waktu yang lama," kata dr.Sigit yang aktif mengampanyekan pencegahan kanker serviks melalui Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks Indonesia (IPKASI) ini.

Karena perjalanan penyakitnya yang lama, bisa 10-20 tahun, maka diperlukan program deteksi dini untuk menemukan kanker ini di stadium awal melalui pap smear atau IVA (inspeksi visual asam asetat). Pemeriksaan pap smear dan IVA ini, menurut dr.Sigit termasuk dalam pencegahan sekunder.

Sementara itu pencegahan primer dari kanker serviks adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat dan vaksinasi HPV. Penemuan vaksin HPV merupakan penemuan penting, sebab vaksin ini sudah lama ditunggu untuk mengurangi penularan infeksi HPV yang merupakan faktor penting terjadinya kanker serviks.

Dr.Sigit menjelaskan, meskipun HPV disebabkan oleh virus, namun karena bagian yang terinfeksi adalah di permukaan atau epitel, maka virus-virus ini tidak terpapar oleh kekebalan tubuh alamiah.

"Ibaratnya virus ini ada di teras rumah, sementara sistem imun adanya di dalam rumah. Karena itu harus diusahakan agar tentara antibodi ini juga berada di teras, caranya dengan melakukan vaksinasi," kata salah satu staf pengajar di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Pola kerja vaksin HPV sama seperti vaksin lain. Seseorang dengan HPV diberi suntikan vaksin, tubuh merespons, dan tubuh membentuk antibodi. Antibodi ini selanjutnya akan menolak HPV risiko tinggi sekalipun.

Vaksinasi dilakukan selama tiga kali, penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama disuntikkan, dan vaksinasi ketiga disuntikkan pada bulan keenam.

Perlu skrining Perempuan yang rawan terkena kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-50 tahun. "Sekitar 9 dari 10 wanita yang terinfeksi virus ini terjadi di usia 50 tahun," kata dr.Adrian.

Kendati begitu, justru para remaja putri yang menjadi sasaran dari vaksinasi HPV. Di negara maju, memasuki usia 10 tahun biasanya anak perempuan sudah divaksin HPV. Pertimbangannya, wanita rata-rata mulai melakukan hubungan seks di usia 20 tahun. Vaksin akan meningkatkan kemampuan sistem imun tubuh untuk mengenali dan menghancurkan virus ketika masuk ke dalam tubuh sebelum terjadi infeksi.

Mereka yang sudah divaksinasi bukan berarti terbebas dari kanker. Mereka masih harus menemui tenaga kesehatan untuk skrining kanker serviks. Ada tiga alasan mengapa tetap dibutuhkan pemeriksaan pap smear secara teratur.sumber:Kompas.com

Pertama, vaksin tidak melindungi dari semua jenis HPV penyebab kanker serviks. Kedua, mungkin tidak mendapatkan dosis yang cukup atau mendapatkannya pada waktu yang tepat, jadi mungkin mereka tidak mendapat manfaat penuh dari vaksin.

Ketika, mereka juga tidak mendapatkan manfaat penuh dari vaksinasi bila mereka telah lebih dulu terinfeksi tipe HPV yang terdapat dalam vaksin.

Meski vaksin HPV sudah tersedia di Indonesia sejak tahun 2007, namun vaksin ini belum populer. Salah satu kendalanya adalah harga yang relatif mahal. Akan tetapi, dibanding dengan pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakitnya, sebenarnya biayanya tidak seberapa.

Karena itu, jangan menunggu besok untuk melindungi diri dari kanker dengan melakukan vaksinasi dan deteksi dini. Dengan demikian kita bisa menolong diri sendiri untuk menghindar dari ancaman kanker serviks.

Tidak ada komentar: